Udayanainsight – Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, secara resmi menyerukan pengakuan kemerdekaan Palestina sebagai negara berdaulat. Pernyataan ini menandai langkah berani dari pemimpin negara yang selama ini dikenal memiliki hubungan diplomatik erat dengan Amerika Serikat. Sheinbaum, yang memiliki latar belakang Yahudi, justru tampil sebagai sosok yang mendukung keadilan bagi rakyat Palestina di tengah dominasi dan ketidakadilan yang terus dibiarkan oleh Zionis serta negara adidaya seperti Amerika Serikat.
Dalam pernyataannya, Sheinbaum menegaskan bahwa dunia harus mengakui Palestina sebagai negara yang sah, sejajar dengan Israel. Ia menilai bahwa konflik yang berkepanjangan di Timur Tengah tak lepas dari sikap bias negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, yang terus mendukung kebijakan agresif Israel terhadap rakyat Palestina.
“Kami tidak bisa lagi menutup mata terhadap penderitaan rakyat Palestina. Mereka berhak atas tanah mereka, atas kedaulatan mereka, dan atas kehidupan yang damai tanpa intervensi brutal dari Israel dan sekutunya,” tegas Sheinbaum dalam sebuah konferensi pers internasional.
Pengakuan ini datang di tengah meningkatnya tekanan global terhadap Israel, yang terus melakukan tindakan represif terhadap warga Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat. Berbagai laporan HAM menyebutkan bahwa kebijakan blokade dan serangan militer Israel telah menyebabkan ribuan korban jiwa, termasuk perempuan dan anak-anak yang tak bersalah.
Sheinbaum juga menyoroti bagaimana Amerika Serikat, dengan dalih melindungi kepentingannya di Timur Tengah, secara sistematis membiarkan ketidakadilan terus berlangsung. Dukungan militer dan finansial yang terus mengalir ke Israel dinilai sebagai salah satu penyebab utama kebuntuan diplomasi dan penderitaan berkepanjangan bagi rakyat Palestina.
“Amerika Serikat terus berbicara tentang demokrasi dan hak asasi manusia, tetapi dalam konflik Palestina, mereka justru menjadi bagian dari masalah. Mereka menutup mata terhadap genosida yang dilakukan Israel dan bahkan memasok senjata untuk membunuh warga sipil Palestina,” ujar Sheinbaum dengan nada tegas.
Sikap Meksiko ini pun mendapatkan dukungan luas dari berbagai negara di Amerika Latin dan Timur Tengah. Beberapa pemimpin dunia memuji keberanian Sheinbaum dalam menantang dominasi politik global yang selama ini lebih berpihak pada kepentingan Israel.
Namun, tidak sedikit pula tekanan yang datang dari negara-negara Barat, terutama dari Washington dan Tel Aviv. Beberapa pihak bahkan memperingatkan bahwa langkah Meksiko ini bisa berdampak pada hubungan diplomatiknya dengan negara-negara kuat yang selama ini menjadi sekutu utama.
Di sisi lain, rakyat Palestina menyambut hangat pengakuan ini. Bagi mereka, sikap Sheinbaum adalah secercah harapan bahwa dunia masih memiliki pemimpin yang berani menegakkan keadilan di tengah dominasi politik global yang timpang.
Langkah Meksiko ini diharapkan dapat membuka jalan bagi lebih banyak negara untuk mengakui Palestina sebagai negara yang sah. Sebuah momentum baru bagi perjuangan rakyat Palestina yang telah lama terpinggirkan oleh kepentingan geopolitik dan kekuatan kapital yang mendukung agresi Israel tanpa konsekuensi nyata.
Dengan semakin banyaknya negara yang berani menentang ketidakadilan ini, akankah dunia akhirnya membuka matanya terhadap nasib rakyat Palestina? Ataukah tekanan dari negara-negara adidaya akan kembali meredam suara-suara keberanian seperti yang ditunjukkan oleh Presiden Claudia Sheinbaum?
Hanya waktu yang akan menjawabnya, tetapi satu hal yang pasti: ketidakadilan yang terus dibiarkan hanya akan melahirkan perlawanan yang lebih besar.