Martin Scorsese Kecewa dengan Perilaku Penonton: “Lebih Baik Nonton di Rumah”

admin
0

 


Udayanainsight – Sutradara legendaris Martin Scorsese kembali menyampaikan kritik tajam terhadap industri hiburan modern. Setelah sebelumnya menyebut film-film superhero sebagai “wahana taman hiburan”, kini Scorsese menegaskan dirinya lebih memilih menonton film di rumah ketimbang di bioskop. Pernyataan ini disampaikan dalam wawancaranya bersama kritikus film Peter Travers, sebagaimana dikutip dari ScreenRant.


Alasan utama Scorsese? Perilaku penonton bioskop yang menurutnya semakin mengganggu. Ia menyoroti maraknya penggunaan ponsel saat film sedang diputar, yang baginya telah merusak pengalaman sinematik sesungguhnya.


Fenomena ini memang bukan tanpa dasar. Dilansir dari Collider, pasca pandemi, keluhan soal perilaku penonton yang tidak tertib di bioskop semakin meningkat. Obrolan, kirim pesan, hingga merekam layar saat film berlangsung kini menjadi hal yang umum. Akibatnya, tidak sedikit penonton yang akhirnya memutuskan untuk tidak lagi pergi ke bioskop.


Situasi ini diperparah dengan keterbatasan sumber daya yang dimiliki sebagian besar jaringan bioskop. Hanya segelintir bioskop independen seperti Alamo Drafthouse yang secara ketat menegakkan aturan terkait perilaku penonton. Sementara itu, bioskop-bioskop besar seperti AMC dan Cinemark justru mengalami PHK besar-besaran dan kekurangan staf pengawas.


Sebagai bentuk adaptasi, beberapa bioskop kini menawarkan layanan tambahan seperti restoran dalam teater, bahkan pemutaran film yang ramah ponsel. Sayangnya, langkah ini justru menuai kritik karena dinilai mengorbankan kenyamanan penonton setia yang mendambakan pengalaman sinema yang lebih tenang dan menghargai film sebagai karya seni.


Lebih lanjut, praktik pemasaran film pun berubah drastis. Studio kini mendorong partisipasi aktif penonton selama pemutaran. Sutradara A Minecraft Movie Jared Hess bahkan menyebut aksi penonton melempar popcorn ke layar sebagai sesuatu yang “lucu”. Aktris Cynthia Erivo juga mempersilakan penonton bernyanyi bersama saat Wicked: Part One, dan akun resmi Deadpool & Wolverine ikut menyebarkan video reaksi penonton dari dalam bioskop.


Blumhouse Productions bahkan mengadakan pemutaran khusus M3GAN yang mengizinkan penonton menggunakan ponsel untuk mengakses konten tambahan selama film berlangsung. Praktik ini disebut semakin melemahkan posisi kritikus, karena kini banyak pemutaran pers justru dipenuhi influencer yang lebih fokus membuat konten ketimbang mengevaluasi film.


Scorsese pun kembali mendapat perhatian. Enam tahun lalu ia dihujat karena menyamakan film superhero dengan taman hiburan, namun kini pernyataannya seolah mendapatkan pembenaran. Ia menyayangkan bahwa pengalaman menonton film ideal hanya bisa ditemukan dalam festival-festival bergengsi seperti Cannes, Toronto, dan Sundance—yang tentu saja tidak semua orang bisa hadiri.


“Rasanya, film kini seperti seni panggung Broadway—hanya bisa dinikmati mereka yang punya akses khusus,” ungkap Scorsese dalam wawancara tersebut.


Kondisi ini tentu menjadi refleksi bagi industri film dan bioskop. Apakah gimmick dan fleksibilitas demi menjangkau lebih banyak penonton justru merusak esensi dari sinema itu sendiri? Ataukah memang zaman telah berubah, dan bioskop harus menyesuaikan diri?


Scorsese mungkin sudah kehilangan semangat untuk pergi ke teater, tetapi harapannya belum sepenuhnya pupus. Kini tanggung jawab ada di tangan penonton, studio, distributor, dan pemilik bioskop—untuk menghadirkan kembali pengalaman sinema yang layak bagi semua orang.

Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)